Rabu, 04 April 2012

SEPOTONG KISAH YANG MENGAWALI PERJALANAN

Sejarah itu sangatlah relatif dan tak pelak sering menimbulkan berbagai versi yang mungkin juga tidak akan diketahui kebenaran pastinya oleh para generasi sekarang yang mendapat warisan sejarah tersebut. Jadi dibawah ini mungkin hanyalah secuil kisah yang dituturkan oleh salah seorang yang menjadi saksi bagaimana kekeluargaan di teater rapat ini terbentuk. Tentu saja semuanya diawali dengan sebuah pertemuan. Saat itu pertengahan 1993 dan beberapa mahasiswa tengah mengobrol di sebelah Timur gedung pusat yang kemudian dilanjutkan di bonbin. Obrolan saat itu adalah mengenai teater. Kebetulan salah satu dari mereka yang bernama Didik sedang begitu antusias dalam ber-teater dan hal itu telah dia komunikasikan dengan teman-temannya seperti Heng Heng, Seto, Fauzil dan Sus Budiarto. Lalu dilanjutkan dengan perkenalan antara Heng Heng dengan Hendro, maka komposisi awal dari Teater Rapat terbentuk dengan tambahan juga dari Ery serta Iwan Agis. Pertemuan pertama mereka lalu terjadi di lapangan selatan dan berlanjut di koridor fakultas.

Kemudian Heng Heng membawa naskah "Kwek-kwek" karya Anton Chekhov yang kemudian akan menjadi pementasan perdana dari KRST. Audisi lalu diadakan dimana Heng Heng sebagai sutradara memilih pemain-pemainnya yang kemudian didapat Hendro, Sony, Didik dan Iwan Agis, lalu ada Ery yang menjadi pimpro. Mulailah latihan di teras gedung timur fakultas. Sedikit berbelok ke masalah nama, nama Rapat sendiri tidak diketahui pasti siapa yang mengusulkan nama tersebut. Sampai saat ini tidak ada yang tunjuk jari soal nama dan filosofinya. Maka hal tersebut masihlah menjadi misteri hingga sekarang.

Jadilah pentas pertama KRST didukung Alm Endah, Lusi, Yoga dan beberapa teman-teman dari Palapsi (saat itu orang-orang dibalik KRST ini juga adalah anggota Palapsi). Saat itu semua berada dalam tugasnya masing-masing. Sony membuat publikasi, level meminjam dari filsafat, peralatan lampu juga pinjam dari teman Sony, Geber meminjam dari ESKA. Wajah para pemain "dicloneh-cloneh" oleh Heng Heng seperti badut. Didik memakai celana pendek santai dan kemeja sedangkan Sony bertelanjang dada. Hendro memakai pakaian ala saudagar Jawa dengan peniti di ssaku dan Iwan Agis (entah nemu dimana) membawa palu yang dia pakai untuk persidangan. Panggungnya di parkiran lama yang sekarang dijadikan gedung S3. Pementasan itu hanya memakai tiga buah lampu dan soundtrack-nya adalah lagu "Bebek-bebekku". Penontonnya adalah teman-teman mahasiswa sendiri. Meskipun penonton tidak sampai 50 orang, tapi pertunjukkan berjalan menyenangkan dan penonton terhibur. Buktinya banyak dari mereka yang tertawa puas. Selesai pentas semuanya bersalam-salaman dan merasa bangga. Semenjak itulah terbentuk teater di Psikologi UGM dan tanggal pementasan itu yang terjadi pada 27 Oktober 1994 akhirnya dijadikan momen kelahiran KRST.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar